1. Konsep Etnografi
James P. Spradley mengatakan di dalam bukunya Metode Etnografi bahwa etnografi adalah pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan tujuan memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Etnografi berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa dan grafein yang berarti menulis, lukisan, gambaran. Oleh karena itu, etnografi juga bisa dipahami sebagai deskripsi tentang suatu suku bangsa menyangkut struktur, adat istiadat, dan kebudayaannya. Keberadaan suatu suku bangsa memang selalu menarik perhatian para peneliti budaya. Bahkan sejak zaman penjajahan Belanda, suku-suku bangsa yang ada di Indonesia tidak luput dari perhatiannya.
Pemerintah kolonial harus mengirimkan etnolognya ke Indonesia agar bisa mempelajari kebiasaan, keunggulan, dan kelemahan bangsa Indonesia. Dari sinilah, mereka mengetahui kelemahan bangsa Indonesia untuk kemudian menjajahnya. Cara menguasai bangsa Indonesia adalah dengan menerapkan politik adu domba atau yang sering disebut dengan devide et impera. Etnografi sesungguhnya adalah suatu kebudayaan yang mempelajari kebudayaan lain. Namun, tidak setiap orang bisa mempelajari dan mendalami kebudayaan suku bangsa yang lain. Dalam menjalankan aktivitas membuat etnografi, ada dua bahasa yang harus dikuasai, yakni bahasa sendiri dan bahasa milik informan. Dengan menguasai bahasa yang dipakai suku bangsa yang bersangkutan, akan lebih mudah bagi peneliti untuk masuk dan berinteraksi dengan warga suku bangsa yang menjadi informan atau narasumbernya.
Ada dua tugas utama di dalam etnografi, yaitu penemuan (discovery) dan deskripsi. Hasil akhir dari suatu kegiatan pembuatan etnografi adalah deskripsi verbal mengenai situasi budaya yang dipelajari. Suatu deskripsi etnografi adalah suatu terjemahan. Terjemahan dari segala sesuatu yang diamati dan informasi didapat dari informan. Deskripsi etnografi haruslah menggunakan istilah-istilah asli (native) dan makna-maknanya juga harus menggunakan istilah. Malinowski mengatakan bahwa tujuan dibuatnya etnografi adalah memahami sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan kehidupan, dan untuk mendapatkan pandangannya mengenai dunianya.
2. Teknik Studi Etnografi
Etnografi di dalam pelaksanaannya, tidak sulit. Peneliti melakukan observasi dan melibatkan diri dengan masyarakat di daerah yang akan diteliti. Mencari informan dan seluruh informasi yang didapat kemudian di catat di dalam catatan kecil harian. Merekam dialog yang ada di lingkungan tersebut, melakukan wawancara, membuat manuskrip sederhana berisi deskripsi perilaku masyarakat, pemikiran masyarakat, dan lain sebagainya. Catatan-catatan kecil berikut manuskrip sederhana tersebut kemudian dianalisis, kemudian dibuat etnografinya. Hal tersebut adalah garis besar aktivitas menulis etnografi. Langkah-langkah yang rinci adalah berikut ini.
a. Menetapkan Seorang Informan
Etnografer sebelum melakukan aktivitas penelitiannya, terlebih dahulu mencari informan. Dikutip dari Spreadley, menurut Webster’s New Collegiate Dictionary, informan adalah seorang pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa, dan kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber informasi. Informan adalah pembicara asli yang harus berbicara dalam bahasa atau dialeknya sendiri. Bisa juga dipaham sebagai model untuk dicontoh oleh etnografer atau sumber infomasi. Di dalam ilmu sosial ada tiga hal yang berbeda dengan informan. Ketiga hal tersebut adalah subjek, responden, dan pelaku.
Menurut Spradley, subjek adalah suatu materi yang dijadikan untuk tujuan tertentu untuk menguji hipotesis. Jika bekerja dengan menggunakan subjek, ide-ide telah ditetapkan sebelumnya. Berbeda jika bekerja dengan informan, ide belum ditetapkan dan segala sesuatunya belum diketahui. Dikutip dari Spradley, responden adalah siapa saja yang menjawab daftar pertanyaan penelitian atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh seorang peneliti. Dikutip pula dari Spradley, pelaku adalah seseorang yang menjadi objek pengamatan dalam suatu setting alam.
Di dalam bekerja sama dengan informan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan; yaitu harus mengedepankan kesejahteraan fisik, sosial, dan psikologi informan, menghormati martabat dan privasi informan, melindungi hak informan, harus menyampaikan tujuan penelitian kepada informan, tidak boleh mengeksploitasi informan,dan memberi laporan hasil penelitian kepada informan dengan bahasa yang disesuaikan dengan kemampuan informan. Syarat-syarat informan yang baik adalah mengetahui budayanya dengan baik, telah terlibat lama di dalam kebudayaannya tersebut, minimal satu tahun, semakin lama terlibat dalam kebudayaannya tersebut semakin baik, memiliki cukup banyak waktu luang untuk bekerja sama.
b. Melakukan Wawancara terhadap Informan
Langkah berikutnya adalah mengajukan pertanyaanpertanyaan kepada informan. Pertanyaan yang diajukan tidak sama dan tidak diajukan berulang kali. Bandingkanlah antara pertanyaan yang diajukan melalui percakapan yang bersahabat dengan wawancara etnografis. Ada beberapa unsur yang dapat digunakan di dalam wawancara dalam bentuk percakapan persahabatan. Misalnya sapaan, tidak ada tujuan yang eksplisit, menghindari pengulangan, mengajukan pertanyaan, menunjukkan minat, menunjukkan ketidaktahuan, bergiliran, penyingkatan, waktu sela, dan penutupan. Untuk melakukan wawancara etnografi, seorang peneliti harus mempersiapkan rencana penelitian sebaik-baiknya. Bentuk wawancara etnografis antara lain sebagai berikut.
1) Tujuan yang eksplisit
2) Penjelasan etnografis yang mencakup:
a) penjelasan proyek,
b) penjelasan perekaman,
c) penjelasan bahasa asli,
d) penjelasan wawancara, dan
e) penjelasan pertanyaan.
3) Pertanyaan etnografis yang meliputi:
a) Pertanyaan Deskriptif
Misalnya: ”Dapatkah Anda mendeskripsikan tentang hal-hal yang biasa terjadi di kebun?”
b) Pertanyaan Struktural
Misalnya: ”Buah apa sajakah yang biasa anda petik selama musim hujan?”
c) Pertanyaan Kontras
Misalnya: ”Apakah perbedaan khas antara melon berkulit kuning dan melon berkulit hijau?”
c. Membuat Catatan Etnografis
Dikutip dari Spradley, sebuah catatan etnografis itu meliputi catatan lapangan, alat perekam, gambar, artefak, dan benda lain yang mendokumentasikan suasana budaya yang dipelajari.
d. Mengajukan Pertanyaan Deskriptif
Sifat dari pertanyaan deskriptif adalah semakin luas pertanyaan yang diajukan, maka semakin luas pula jawaban yang akan diperoleh.
e. Melakukan Analisis Wawancara Etnografis
Dikutip dari Spradley bahwa analisis etnografis adalah penyelidikan berbagai bagian sebagaimana dikonseptualisasikan oleh informan.
f. Membuat Analisis Domain
Ada beberapa prosedur yang harus diperhatikan dalam membuat analisis domain, antara lain:
1) Memilih satu hubungan semantik tunggal.
2) Mempersiapkan satu kertas kerja analisis domain.
3) Memilih satu sampel dari beberapa statemen informan.
4) Mencari istilah-istilah pencakup serta istilah-istilah tercakup yang benar-benar sesuai dengan hubungan semantik.
5) Memformulasikan pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing domain.
6) Membuat daftar semua domain yang telah dihipotesiskan.
g. Mengajukan Pertanyaan Struktural
Pertanyaan struktural memiliki fungsi untuk menemukan organisasi pengetahuan dari budaya informan.
h. Membuat Analisis Taksonomik
Analisis taksonomik dilakukan untuk membuat kategori dari simbol-simbol budaya yang ada pada kebudayaan yang diteliti.
i. Mengajukan Pertanyaan Kontras
Pertanyaan kontras dilakukan untuk melengkapi data informasi yang dicari. Pertanyaan kontras adalah bentuk pertanyaan yang bernuansa perbandingan antara satu dengan lainnya. Dikutip dari Spradley, pertanyaan kontras diajukan untuk menegaskan bahwa makna sebuah simbol dapat ditemukan dengan menemukan sebuah simbol berbeda dari simbol-simbol lain.
j. Membuat Analisis Komponen
Dikutip dari Spradley, analisis komponen adalah suatu pencarian sistematik berbagai atribut (komponen makna) yang berhubungan dengan simbol-simbol budaya.
k. Menemukan Tema-tema Budaya
Dikutip dari Spradley, tema budaya adalah prinsip kognitif yang bersifat tersirat maupun tersurat, berulang dalam sejumlah domain dan berperan sebagai suatu hubungan di antara berbagai subsistem makna budaya.
Etnografer biasanya menyampaikan suatu suasana kebudayaan dengan cara menggunakan pendekatan inventarisir (inventory approach) dengan dibagi ke dalam kategori:
1) kekerabatan (kinship)
2) kebudayaan material (material culture)
3) hubungan sosial (social relationship)
l. Menulis Etnografi
Beberapa langkah membuat sebuah etnografi adalah sebagai berikut:
1) memilih khalayak
2) memilih tesis
3) membuat sebuah daftar topik dan membuat sebuah garis besar
4) menulis naskah kasar untuk masing-masing bagian
5) merevisi garis besar dan membuat anak judul
6) mengedit naskah kasar
7) menuliskan pengantar dan kesimpulan
8) menuliskan kembali tulisan mengenai contoh-contoh
9) menulis naskah akhir
Untuk dapat menulis suatu etnografi, kuncinya adalah membaca etnografi lain. Dengan bantuan membaca hasil tulisan etnografi lain, maka tulisan etnografi yang sedang dilakukan lambat laun akan membaik, demikian yang disarankan oleh Koentjaraningrat.
Penulisan etnografi adalah sebuah aktivitas menerjemahkan simbol dan makna milik informan. Oleh karena itu, etnografer sebagai penulis etnografi harus dapat mengolah sistem makna budaya dengan baik.
3. Manuskrip
Seorang etnografer di dalam menerjemahkan informasi berupa system makna dari informan memerlukan catatan atau manuskrip sederhana.
1. Statemen Universal
Membuat catatan yang umum dan merangkum secara menyeluruh.
2. Statemen Deskriptif Lintas Budaya
Membuat catatan mengenai perbandingan antarbudaya.
3. Statemen Umum suatu Masyarakat atau Kelompok Budaya
Membuat catatan mengenai keadaan suatu masyarakat.
4. Statemen Umum suatu Suasana Budaya yang Spesifik
Membuat catatan mengenai keadaan budaya secara khusus
5. Statemen Spesifik Sebuah Domain Budaya
Membuat catatan lebih khusus mengenai suatu daerah budaya.
6. Stateman Insiden Spesifik
Membuat catatan mengenai suatu kejadian yang khusus.
Source: BSE